PEKANBARU ,Bandamuaonline.com — Mantan Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Dr.Eng. Yusri Rasul, S.Pd., S.T., M.T, kini aktif sebagai dosen Pascasarjana Universitas Riau pada Program Studi Manajemen Bencana (Home Base). Meski tidak lagi berada dalam struktural pemerintahan, kepedulian Yusri terhadap kemajuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Riau tetap kuat dan konsisten.
Dalam wawancara khusus bersama Media ini pada Kamis (27/11/2025) di Kantor DPW Muhammadiyah Provinsi Riau, Yusri berbagi pengalaman panjangnya menangani kebijakan vokasi serta memberikan pandangan kritis terhadap arah pengembangan SMK di Riau.
*SMK Dibangun untuk Mencetak Lulusan Siap Kerja, Tapi Tidak Semudah Teori*
Yusri menegaskan bahwa konsep dasar SMK sudah jelas: menyiapkan lulusan yang siap bekerja. Pemerintah pusat dan provinsi juga telah menempatkan pendidikan vokasi sebagai prioritas strategis melalui berbagai diskusi, evaluasi, dan regulasi.
Namun menurutnya, kenyataan di lapangan jauh lebih kompleks.
“SMK itu diusahakan agar siap bekerja. Aturan dan regulasinya ada, gagasannya bagus. Tapi melahirkan alumni yang benar-benar siap kerja bukan perkara mudah. Banyak tantangan di tingkat sekolah,” ujar Yusri.
*Kerja Sama dengan Industri Harus Realistis, Bukan Sekadar Seremonial*
Selama empat hingga lima tahun terakhir, pemerintah mendorong penguatan kolaborasi SMK dengan industri (IDUKA). Hal ini diperkuat dengan Pergub Riau Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penguatan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi melalui Kemitraan dengan Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja. Regulasi tersebut mengatur:
* peran sekolah dan industri,
* sinkronisasi kurikulum,
* pemetaan kebutuhan tenaga kerja,
* pola pelatihan dan pemagangan.
Namun menurut Yusri, implementasi di lapangan masih jauh dari harapan.
“Pertanyaannya: apakah pihak sekolah sudah benar-benar mampu melahirkan lulusan yang bisa langsung bekerja? Regulasi ada, visi ada. Tapi implementasinya masih menjadi tantangan besar,” tegasnya.
*Sinkronisasi Kurikulum: Tantangan Berat yang Harus Diakui*
Pemerintah pusat sebenarnya sudah menyediakan program penyelarasan kurikulum dengan industri. Tetapi, sinkronisasi tersebut masih belum berjalan maksimal.
“Program penyelarasan itu sudah ada. Tapi yang paling berat adalah implementasi. Apakah SMK benar-benar menjalankannya?” kata Yusri.
Ia juga menilai bahwa peran Dinas Pendidikan, khususnya bidang SMK, sangat menentukan keberhasilan penguatan vokasi di daerah.
**SMK Tidak Hanya Mencetak Pekerja, Tapi Juga Melahirkan Wirausahawan*
Yusri menekankan bahwa SMK tidak boleh terpaku pada orientasi bekerja di industri. Ada dua jalur penting lainnya:
1. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dan
2. Menjadi wirausahawan**.
Menurutnya, wirausaha merupakan kekuatan strategis SMK.
“Semakin banyak alumni SMK yang mampu membuka usaha, semakin banyak lapangan kerja tercipta. Mereka tidak perlu menunggu industri membuka lowongan,” jelasnya.
Ia bahkan pernah menggagas pembentukan komunitas wirausaha alumni SMK di setiap kecamatan, seperti:
* bengkel motor,
* usaha permesinan,
* jasa perbaikan alat teknis,
* usaha kreatif,
* hingga bisnis digital.
Dengan pendampingan dan coaching, komunitas ini dapat menjadi pusat produksi dan lapangan kerja baru.
*Peran Humas SMK: Kunci Penghubung Ekosistem Vokasi*
Yusri menilai humas memiliki peran strategis sebagai penghubung antara sekolah dan:
* perusahaan mitra
* pemerintah
* masyarakat
* alumni
* peluang usaha
Jika humas aktif, jaringan wirausaha dan peluang kerja alumni dapat berkembang jauh lebih cepat.
*Program SMK Pusat Keunggulan: Peluang Besar yang Belum Dimaksimalkan*
Program SMK Pusat Keunggulan (PK) sebenarnya sudah menyediakan fasilitas lengkap: peralatan modern, peningkatan kompetensi guru, pelatihan peserta didik, hingga pendampingan kurikulum.
Namun Yusri mempertanyakan apakah program ini sudah dikelola secara optimal oleh pengambil kebijakan di provinsi.
“Pengambil kebijakan harus punya visi yang jelas dan terukur. Tantangannya banyak: anggaran, kesiapan sekolah, komitmen industri. Tapi inilah PR besar kita,” tegasnya.
*SMK Bisa Menjadi Kekuatan Besar Jika Dikelola dengan Serius*
Walaupun kini berada di dunia akademik, Yusri berharap Riau dapat menjadi provinsi terdepan dalam pengembangan pendidikan vokasi.
Ia menegaskan bahwa:
* regulasi tersedia,
* industri siap bersinergi,
* sekolah memiliki potensi,
* alumni punya keahlian.
Yang dibutuhkan hanya satu: komitmen implementasi
“SMK itu kunci masa depan. Jika semua bergerak bersama, SMK tidak hanya menghasilkan tenaga kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja baru. Inilah arah besar yang harus dituju Riau,” tutup Yusri.***Bmc(Rls/Red*)
.
